Khasiat Dzikir – Hadits Ke-17

Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Pada hari Kiamat akan ada penyeru yang berseru, “Di manakah orang-orang yang berakal?” Lalu akan ditanya, “Orang-orang berakal manakah yang engkau kehendaki?” Ia berkata, “Yaitu orang-orang yang selalu berdzikir kepada Allah dalam keadaan berdiri, duduk, berbaring, dan memikirkan kejadian langit dan bumi. (Dan berkata) ‘Wahai Rabb kami, Engkau tidak menciptakan semua ini dengan sia-sia. Mahasuci Engkau, maka lindungilah kami dari adzab api neraka.’ Kemudian dipancangkan untuk mereka sebuah bendera, dan setiap kaum akan mengikuti bendera masing-masing. Dan dikabarkan kepada mereka, ‘Masuklah ke dalam surga untuk selama-lamanya.’” (Asbahani).

Faedah

‘Memikirkan kejadian langit dan bumi’ yaitu memikirkan kekuasaan Allah dan memikirkan hikmah-hikmah ajaib yang terkandung di dalamnya, sehingga akan menguatkan ma’rifatnya kepada Allah swt..

Wahai Rabbku, alam ini adalah taman ciptaan-Mu.

Ibnu Abi Dunya rah.a. meriwayatkan sebuah hadits mursal bahwa suatu ketika Rasulullah saw. menjumpai sekumpulan sahabat r.a. yang sedang duduk berdiam diri. Beliau bertanya, “Ada apa, apakah yang sedang kalian pikirkan?” Jawab mereka, “Kami sedang memikirkan ciptaan Allah.” Sabda beliau, “Ya, janganlah kalian memikirkan tentang Dzat Allah, tetapi pikirkanlah tentang makhluk ciptaan-Nya.”

Seseorang bertanya kepada Aisyah r.a., “Ceritakanlah kepada kami amal Rasulullah saw. yang menakjubkan.” Jawab Aisyah r.a., “Semua amal Rasulullah saw. tidak ada yang tidak menakjubkan. Suatu ketika, pernah beliau datang dan berbaring di tempat tidurku dan masuk ke dalam selimutku, lalu tiba-tiba beliau bangkit dan bersabda, ‘Biarkan aku beribadah di hadapan Rabbku.’ Kemudian beliau berwudhu dan shalat sambil menangis sehingga air matanya mengalir membasahi dadanya yang mulia. Lalu beliau pun ruku’ sambil menangis, kemudian sujud sambil menangis. Beliau terus shalat seperti itu sehingga Bilal r.a. datang untuk mengumandangkan adzan Shubuh. Aku bertanya kepada beliau, “Ya Rasulullah, bukankah engkau maksum, dosa-dosa engkau telah diampuni. Mengapa engkau menangis seperti itu?’ Beliau menjawab, ‘Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur? Wahai Aisyah, bagaimana aku tidak menangis padahal Allah telah menurunkan ayat:

——- arab ——-

Sabda Beliau selanjutnya, ‘Sungguh celaka orang yang membaca ayat ini, lalu tidak memikirkan dan merenungkan kebesaran Allah.’”

Amir bin Abdul Qais rah.a. berkata, “Aku mendengar bukan hanya dari seorang, dua orang, atau tiga orang sahabat, namun aku mendengar dari banyak sahabat bahwa nur keimanan adalah kerisauan dan pikir.” Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Seseorang yang terlentang di atas rumahnya melihat langit dan bintang-bintang lalu berkata, ‘Demi Tuhan, aku yakin bahwa kamu (langit dan bintang-bintang) pasti ada yang menciptakan. Ya Allah, ampunilah aku,’ maka Allah akan memandangnya dengan rahmat-Nya dan mengampuninya.” Ibnu Abbas r.a. berkata, “Berpikir sesaat lebih baik daripada ibadah semalam suntuk.” Abu Darda dan Anas r.a. juga meriwayatkan hadits serupa. Anas r.a. berkata, “Berpikir sesaat (tentang kebesaran Allah) lebih baik daripada beribadah delapan puluh tahun.” Seseorang bertanya kepada Ummu Darda r.a., “Apakah ibadah Abu Darda yang paling utama?” Jawabnya, “Merenung dan berpikir.” Abu Hurairah r.a. berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Berpikir sesaat lebih baik daripada beribadah enam puluh tahun.”

Riwayat-riwayat di atas bukan berarti bahwa kita tidak perlu beribadah lagi, sebab masing-masing ibadah memiliki derajat dan keutamaan tersendiri, baik ibadah fardhu, sunah, maupun mustahab. Jika seseorang meninggalkan ibadah tersebut, maka ia akan dicela dan disiksa sesuai dengan amal yang telah ditinggalkannya. Imam Ghazali rah.a. menulis bahwa merenung dan berpikir adalah ibadah yang lebih afdhal, terutama karena mengandung dzikir di dalamnya. Selain itu, ada dua keutamaan lainnya, yaitu:

1. Memperoleh ma’rifatullah, karena merenung dan berpikir adalah kunci ma’rifatullah.

2. Mencintai Allah.

Merenung dan berpikir akan menimbulkan cinta kepada Allah. Merenun dan berpikir inilah yang dikatakan oleh para ahli tasawuf sebagai muraqabah. Banyak hadits yang menyebutkan tentang keutamaan muraqabah. Dalam Musnad Abu Ya’la disebutkan dari Aisyah r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Dzikir perlahan sehingga malaikat tidak dapat mendengarnya berpahala tujuh puluh kali derajat lebih utama.” Pada hari Kiamat, Allah akan mengumpulkan seluruh makhluk untuk dihisab. Dan Kiraman Katibin, yaitu Raqib dan Atid akan membawa catatan amal seluruh mahluk. Allah berfirman, “Periksalah catatannya, apakah ada amal si fulan yang tersisa atau tidak tertulis?” Dijawab oleh malaikat, “Kami telah menulis seluruh amalan dan tidak ada yang tertinggal atau yang tidak terjaga.” Allah berfirman, “Masih ada di sisi-Ku amalan yang belum engkau tulis karena tidak engkau ketahui, yaitu dzikir khafi (dzikir qalbi).”

Imam Baihaqi menulis dalam Syu’bil-Iman, riwayat Aisyah r.ha. bahwa dzikir khafi yang tidak diketahui oleh malaikat tujuh puluh kali lebih baik daripada dzikir jahr yang dapat didengar oleh para malaikat.

Seuntai syair menyebutkan:

Ada isyarat-isyarat rahasia antara yang mengasihi dan yang dikasihi

sehingga malaikat pun tidak mengetahuinya

Betapa beruntung mereka yang tidak melalaikan dzikir sedikit pun dan tetap mendapat pahala beribadah zhahir, ditambah dzikir dan pikirnya setiap saat yang berpahala tujuh puluh kali lipat. Inilah yang sangat ditakuti oleh syaitan. Diriwayatkan bahwa Syaikh Junaid rah.a. melihat di dalam mimpinya syaitan sedang bertelanjang. Ia berkata kepada syaitan, “Apakah kamu tidak malu bertelanjang di depan manusia?” Jawab syaitan, “Mereka bukan manusia. Manusia yang sebenarnya ialah yang sedang duduk di dalam masjid Syauniziyah. Mereka membuat tubuhku kurus dan membakar hatiku.” Junaid rah.a berkata, “Aku pun pergi ke masjid Syauniziyah. Kulihat sekelompok orang sedang menundukkan kepala sibuk bemuraqabah kepada Allah. Ketika melihatku mereka berkata, “Jangan kamu tertipu dengan ucapan syaitan.”

Masuhi rah.a. meriwayatkan hal yang sama, bahwa ia pernah melihat syaitan telanjang. Ia berkata, “Apakah kamu tidak malu berjalan di antara manusia dengan telanjang bulat?” Dijawab, “Demi Tuhan, mereka bukan manusia. Jika mereka manusia, tentu aku tidak dapat mempermainkan mereka seperti anak-anak mempermainkan bola. Manusia yang sesungguhnya ialah mereka yang telah membuat tubuhku sakit.” Ia berkata sambil memberi isyarat ke arah para ahli sufi. Abu Said Al-Khazaz rah.a. berkata, “Aku melihat di dalam mimpi, syaitan menyerangku. Lalu aku memukulinya dengan kayu, tetapi aneh ia tidak menghiraukannya sama sekali. Tiba-tiba kudengar suara ghaib yang mengatakan bahwa ia tidak takut kepada kayu, ia hanya takut dengan nur hati (nur keimanan).”

Dari Sa’ad r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Dzikir yang paling utama ialah dzikir khafi. Dan rezeki yang paling utama ialah yang mencukupi.” Ubadah r.a. berkata, Nabi saw. bersabda, “Dzikir yang utama adalah dzikir khafi. Dan rezeki yang terbaik ialah rezeki yang paling mencukupi (tidak kurang sehingga tidak menjadi miskin. Dan tidak terlalu banyak, sehingga membuat takabur dan menyeret kepada hawa nafsu).” Hadits ini shahih menurut Ibnu Hibban dan Abu Ya’la rah.a.. Rasulullah saw. bersabda, “Berdzikirlah dengan khamil.” Orang-orang bertanya, “Apa dzikir khamil itu?” Sabda beliau, “Dzikir qalbi.”

Dari riwayat-riwayat di atas dapat diketahui bahwa dzikir qalbi adalah dzikir hati. Dan dapat diketahui juga beberapa keutamaan dzikir tersebut. Beberapa hadits lainnya menerangkan keutamaan dzikir jahr (terang-terangan), sehingga dikatakan gila, sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Keduanya merupakan masalah khusus, masing-masing memiliki kelebihan dan keutamaan menurut keadaan yang berbeda. Oleh sebab itu, alim ulama memilihkan dzikir manakah yang sesuai bagi seseorang dan kapan waktu yang mesti dilakukan.

Khasiat Dzikir – Hadits Ke-16

Dari Abu Hurairah r.a., “Saya mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Ada tujuh golongan yang dinaungi Allah ketika tidak ada naungan selain naungan-Nya; (1) Pemimpin yang adil, (2) Pemuda yang rajin beribadah kepada Allah, (3) Laki-laki yang hatinya bergantung pada masjid-masjid, (4) Dua orang lelaki yang saling mencintai semata-mata karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah semata-mata karena Allah, (5) Laki-laki yang digoda oleh wanita bangsawan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesunguhnya aku takut kepada Allah.’ (6) Laki-laki yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya, (7) Laki-laki yang mengingat Allah bersunyi diri hingga berlinangan air mata.” (Bukhari, Muslim).

Faedah

Berlinangan air mata dalam hadits ini maksudnya adalah menangis karena mengingat keburukan dan dosa-dosanya. Dapat juga bermaksud menangis karena terharu, lalu tanpa sengaja meneteskan air mata. Tsabit Banani rah.a. meriwayatkan bahwa seorang syaikh berkata, “Aku mengetahui doa manakah yang diterima oleh Allah.” Orang-orang bertanya, “Bagaimana engkau dapat mengetahuinya?” Jawabnya, “Jika bulu roma orang yang berdoa itu berdiri, dan hati merasa takut, sehingga air mata keluar, itulah doa yang dikabulkan.”

Termasuk tujuh golongan di dalam hadits di atas adalah orang yang mengingat Allah dengan bersunyi diri hingga berlinangan air mata. Ia berdzikir sendiri sambil menangis. Ada dua kelebihan dalam hal ini, dan keduanya dalam tingkat yang tinggi:

1. Ikhlas, yakni dalam keadaan bersunyi diri ia tetap sibuk berdzikir kepada Allah.

2. Takut kepada Allah atau terharu sehingga menangis di hadapan-Nya, karena rasa haru dan takut yang sempurna.

Seorang penyair berkata:

Pekerjaan kami ialah menangis pada malam hari, mengingat kekasih kami,

sehingga kantuk kami terkalahkan oleh mengingat-Nya.

Sedangkan kata-kata ‘laki-laki yang mengingat Allah dengan bersunyi diri’, alim ulama berpendapat bahwa kata ‘bersunyi diri’ di sini memiliki dua pengertian, yaitu:

a) Pengertian umum, yaitu benar-benar sendirian, sepi dari orang-orang. Penafsiran itulah yang biasanya digunakan.

b) Pengertian khusus, yaitu kosong dari segala pikiran selain Allah swt.. Inilah arti ‘bersunyi diri’ yang sebenarnya.

Selanjutnya dikatakan, barangsiapa yang memiliki kedua sifat ini, sesungguhnya ia telah sampai pada derajat yang sempurna. Namun, jika seseorang berada dalam suatu majelis dan ia dapat menyingkirkan segala pikiran selain Allah dan ia berzikir hingga menangis, maka ia termasuk orang-orang yang sempurna derajatnya. Ketika sendirian ataupun dalam keramaian, baginya sama saja. Jika di dalam hatinya tidak ada pikiran selain Allah, walaupun ia berada dalam majelis yang ramai, ia tidak akan terganggu konsentrasinya. Mengingat Allah dengan rasa takut hingga mengeluarkan air mata merupakan kekayaan dan karunia yang tidak ternilai harganya. Betapa beruntung dan betapa berbahagianya orang yang telah diberi oleh Allah karunia seperti itu. Sebuah hadits menyatakan, “Barangsiapa menangis karena takut kepada Allah, maka api neraka haram baginya (ia tidak akan masuk ke dalam neraka) sehingga air susu kembali ke dalam puting susu.” Artinya, sebagaimana air susu mustahil kembali masuk ke dalam puting susu, maka mustahil pula ia masuk ke neraka. Disebutkan dalam hadits lain, “Barangsiapa menangis karena takut kepada Allah, sehingga air matanya menetes ke bumi, maka ia tidak akan disiksa pada hari Kiamat.” Sebuah hadits meriwayatkan, “Dua mata yang haram masuk neraka: (1) Mata yang menangis karena takut kepada Allah, (2) Mata yang digunakan untuk berjaga malam dari serangan orang-orang kafir.” Disebutkan dalam sabda beliau yang lain, “Neraka diharamkan bagi mata yang pernah menangis karena takut kepada Allah, mata yang digunakan untuk berjaga malam di jalan Allah, mata yang ditahan untuk tidak melihat hal-hal yang dilarang (oleh agama), dan mata yang hilang di jalan Allah.” Sebuah riwayat menyebutkan bahwa orang yang berdzikir sendirian adalah seperti orang yang bertempur sendirian melawan musuh (orang-orang kafir).”

Khasiat Dzikir – Hadits Ke-15

Dari Abi Said Al-Khudri r.a., bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Perbanyaklah berdzikir kepada Allah sehingga orang mengatakan kamu gila.” Hadits lain menyebutkan, “Berdzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya sehingga orang-orang munafik mengatakan bahwa kamu riya’.” (Ahmad, Abu Ya’la).

Faedah

Berdasarkan hadits di atas, walaupun para munafik atau orang-orang jahil mengejek para ahli dzikir dengan sebutan riya dan gila, hendaknya jangan sampai meninggalkan amalan yang berharga ini, bahkan sebaliknya diperbanyak dan dijaga dengan istiqamah. Orang yang berdzikir akan dikatakan gila dan riya jika dzikir dilakukan dengan suara keras, bukan dengan suara pelan. Dzikir dengan suara yang pelan tidak akan dituduh seperti itu. Ibnu Katsir meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas r.a. bahwa Allah tidak mewajibkan sesuatu kepada hamba-Nya kecuali ada batasnya. Jika ada udzur, Allah akan memberi keringanan. Dzikrullah tidak terbatas waktunya, dan tidak ada seorang berakal pun yang mempunyai udzur untuk tidak mengamalkannya. Allah swt. berfirman, “Berdzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya.” Yaitu malam, siang, di hutan, di sungai, di perjalanan, di rumah, ketika kaya, ketika miskin, ketika sakit, ketika sehat, berdzikir dengan keras atau pelan, pendek kata pada setiap saat dan keadaan. Dan Ibnu Hajar rah.a. menulis di dalam Al-Munabbihat bahwa dalam menafsirkan ayat:

“Dan di bawahnya terdapat harta simpanan emas bagi mereka berdua.” (Kisah dua anak yatim dalam surat Al-Kahfi), Utsman r.a. berkata, “Itu adalah sebuah papan emas yang terdapat tujuh baris kalimat, yang artinya: (1) Aku heran kepada orang yang mengenal maut, tetapi ia masih sempat tertawa, (2) Aku heran kepada orang yang tahu bahwa dunia akan binasa, tetapi ia masih mencintainya, (3) Aku heran kepada orang yang mengetahui bahwa semua sudah ditakdirkan, tetapi ia masih menyesali sesuatu yang lepas darinya, (4) Aku heran kepada orang yang meyakini adanya hisab, tetapi ia masih mengumpulkan kekayaan, (5) Aku heran kepada orang yang mengetahui adanya neraka, tetapi ia masih berbuat dosa, (6) Aku heran kepada orang yang mengetahui Dzat Allah, tetapi ia masih menyebut-nyebut selain-Nya, (7) Aku heran kepada orang yang sudah mengetahui adanya surga, tetapi ia masih mencari kesenangan dunia.” Dan terdapat sedikit tambahan, yaitu: Aku heran kepada orang yang percaya bahwa syaitan itu musuhnya, tetapi ia masih mengikutinya.”

Ibnu Hajar rah.a. meriwayatkan dari Jabir r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Jibril menekan kepadaku agar berdzikir kepada Allah sehingga aku mengira bahwa tanpa dzikrullah tidak ada sesuatu pun yang bermanfaat.” Dari riwayat-riwayat tersebut dapat diketahui bahwa kita dianjurkan untuk berdzikir sebanyak-banyaknya, semampu kita, jangan sampai dikurangi. Meninggalkan dzikrullah hanya karena kita dikatakan gila atau riya oleh orang-orang merupakan suatu kerugian bagi kita. Para ahli sufi menulis bahwa hal ini juga merupakan salah satu tipuan syaitan, yakni, mula-mula akan digoda pikirannya, “Jika aku berdzikir nanti akan terlihat si fulan, dan ia akan bilang begini dan begitu”, sehingga syaitan dengan tipuannya itu menghentikan kita dari dzikrullah. Oleh sebab itu, sangat penting bagi kita agar jangan sampai berniat supaya amal kita dilihat oleh orang lain. Seandainya ada orang yang melihat amal kita, jangan sampai kita meninggalkan amal tersebut.

Abdullah Dzulbajadin r.a. adalah seorang sahabat yang telah yatim sejak kecil. Ayahnya terbunuh dalam suatu pertempuran, lalu ia tinggal dengan pamannya yang sangat menyayanginya. Kemudian ia masuk Islam dengan diam-diam. Pamannya sangat marah ketika mengetahuinya. Lalu ia ditelanjangi dan diusir dari rumah pamannya tanpa sehelai pakaian pun. Ketika ibunya mengetahui hal ini, ia memberikan sehelai kain kepadanya. Lalu kain itu dibagi menjadi dua, sehelai untuk dipakai di bagian atas dan sehelai lagi di bagian bawah. Ia datang ke Madinah dan tinggal di masjid Nabawi, yaitu di shuffah dekat pintu Nabi saw.. Ia berdzikir sebanyak-banyaknya dengan suara agak keras. Umar r.a. berkata, “Orang ini riya sehingga berdzikir seperti itu.” Sahut Nabi saw., “Tidak, bahkan ia termasuk Awwabin.” Ia syahid di perang Tabuk. Pada suatu malam, para sahabat melihat ada sebuah sinar terpancar dari kuburan. Ketika melihatnya, mereka melihat Rasulullah saw. sedang berada di kuburnya. Lalu beliau menyuruh Abu Bakar r.a. dan Umar r.a., “Angkatlah dan bawalah ke sini mayat saudaramu.” Kedua sahabat itu mengangkat mayat itu dan diserahkan kepada Nabi saw.. Setelah dikubur, beliau berdoa, “Ya Allah, aku meridhai mayat ini. Ya Allah, hendaknya Engkau pun meridhainya.” Abdullah bin Mas’ud r.a. berkata, “Aku menyaksikan semua acara penguburan itu, dan hatiku berkata, ‘Alangkah beruntung seandainya mayat itu adalah mayatku.’” Fudhail rah.a., seorang sufi yang masyhur, berkata, “Meninggalkan suatu amalan karena takut dilihat oleh orang lain adalah riya. Dan beramal dengan niat agar dilihat oleh orang lain adalah syirik.” Sebuah hadits lain menyebutkan, ada sebagian ahli dzikir yang menyebabkan orang lain pun mengingat Allah swt.. Dengan melihat wajah mereka saja akan membuat kita berdzikir. Hadits lain menyebutkan, “Kekasih-kekasih Allah adalah mereka yang jika kita melihat wajah mereka, kita akan mengingat Allah.” Hadits lain menyebutkan bahwa orang yang terbaik ialah orang yang jika kita melihatnya, kita akan mengingat Allah. Jika kita mendengar ucapannya, ilmu kita akan bertambah. Jika melihat perbuatannya, kita akan bertambah mencintai akhirat.” Keadaan seperti itu dapat kita hasilkan jika kita menjadikan dzikir sebanyak-banyaknya sebagai kebiasaan kita. Jika diri sendiri tidak ada taufik untuk berdzikir, bagaimana kita dapat menjadikan orang lain mengingat Allah?

Sebagian orang berkata bahwa berdzikir dengan suara keras adalah bid’ah dan tidak diperbolehkan. Itu disebabkan pemahamannya terhadap hadits yang sangat kurang. Syaikh Abul Hayy rah.a. menulis masalah tersebut dalam kitab Sabahatul- Fikri. Kurang lebih ada lima puluh hadits yang telah ditulis olehnya. Ia menyatakan bahwa terdapat dalil mengenai berdzikir dengan jahar. Dalam berdzikir, yang penting adalah memenuhi syarat dan tidak menyusahkan orang lain.

Khasiat Dzikir – Hadits Ke-14

Dari Ibnu Abbas r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa di antara kalian yang tidak dapat beribadah pada malam hari karena malas, dan tidak menginfakkan hartanya karena kikir, dan tidak berjihad karena takut, maka perbanyaklah dzikrullah.” (Al-Bazzar).

Faedah

Dengan memperbanyak dzikir, maka kesalahan-kesalahan dalam ibadah akan tertutupi. Dari Anas r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Dzikir adalah ciri-ciri keimanan dan akan membebaskan dari sifat nifak, melindungi dari syaitan, dan melindungi dari api neraka.” Sangat banyak keuntungan dzikir sehingga dzikir lebih baik daripada seluruh ibadah, terutama dapat menyelamatkan dari penguasaan syaitan, dan dzikir membantu untuk menghalanginya. Disebutkan dalam hadits bahwa syaitan selalu menyelubungi hati seseorang, kecuali jika ia berdzikir kepada Allah, maka syaitan akan meninggalkannya dengan rasa hina dan rendah. Dan jika seseorang lalai, maka syaitan akan memasukkan rasa was-was ke dalam dirinya. Oleh sebab itu, para ahli sufi berlatih memperbanyak dzikir agar hati tidak merasa was-was. Kekuatan dzikir membuat hati mampu melawannya. Inilah rahasia kekuatan hati para sahabat r.a., sehingga mereka memperoleh derajat yang tinggi. Itulah keberkahan bersahabat dengan Nabi saw., padahal beliau tidak perlu menekan para sahabat.

Seiring dengan bertambah jauhnya masa kini dengan zaman Rasulullah saw., maka usaha menguatkan hati sangatlah penting. Dewasa ini, hati manusia telah mencapai suatu derajat kerusakan yang sangat parah, sehingga berbagai usaha penyembuhan tidak dapat menyembuhkan penyakit ini. Seandainya berhasil, keberhasilan itu merupakan keuntungan yang besar. Bahkan menghalangi penyakit agar tidak menjalar pun sudah merupakan suatu usaha yang baik.

Diceritakan tentang seorang ahlullah yang berdoa agar Allah membukakan pintu kasyaf baginya, yakni bagaimana syaitan menggoda dan memasukkan rasa was-was ke dalam hati manusia. Maka Allah mengabulkan doanya. Ia dapat melihat ke arah sebelah kiri hatinya ketika syaitan akan memasukkan belalainya. Syaitan itu berbentuk seperti nyamuk yang sedang duduk dengan belalai panjang di mulutnya, bentuknya seperti jarum. Jika ia berdzikir kepada Allah, belalai itu akan segera ditarik ke belakang. Dan jika ia lalai, melalui belalai tersebit, syaitan akan memasukkan rasa was-was dan racun dosa ke dalam hatinya. Sebuah hadits menyebutkan bahwa syaitan selalu duduk sambil meletakkan ujung hidungnya di hati manusia. Jika hati itu berdzikir, maka dengan perasaan hina syaitan akan mundur ke belakang. Dan jika hatinya lalai dari dzikrullah, maka hati orang itu akan dijadikan sasaran godaan dan serangannya.

Khasiat Dzikir – Hadits Ke-13

Dari Anas r.a., sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda, “Apabila kalian melewati taman-taman surga, maka makanlah sebanyak-banyaknya.” Seseorang bertanya, “Apakah taman surga itu?” Beliau menjawab, “Majelis dzikir.” (Ahmad, Tirmidzi).

Faedah

Maksudnya, barangsiapa menghadiri majelis dzikir, ia akan beruntung. Selalulah mendatangi majelis yang mulia ini, dan anggaplah bahwa itu adalah kekayaan yang sangat besar. Di dunia saja, majelis tersebut sudah disebut sebagai taman surga. Kata-kata ‘makanlah sebanyak-banyaknya’ diisyaratkan seperti hewan yang sedang memakan dedaunan atau tanaman di sebuah taman. Jika diusir sedikit saja, tentu hewan itu tidak akan pergi. Bahkan walaupun diusir dengan tongkat, ia tetap memakannya dan mulutnya sulit melepaskan makanan itu. Demikian pula orang yang berdzikir, ia tidak akan berpikir tentang keduniaan atau hal lainnya, ia tetap bertawajuh. ‘Taman surga’ adalah sebagaimana taman yang tidak akan terjadi bencana apa pun, begitu pula majelis ini akan selamat dari segala bencana.

Sebuah hadits menyebutkan bahwa dzikir adalah obat bagi hati. Segala penyakit hati seperti takabur, hasad, benci, dan sebagainya, dapat diobati dengan dzikir. Tertulis di dalam Al-Fawaid fish-shalati wal Awaid bahwa orang yang selalu menjaga dzikir akan selamat dari segala bencana. Rasulullah saw. bersabda, “Aku memerintahkan kalian agar selalu berdzikir sebagaimana orang yang sedang dikejar musuh dari belakang, lalu ia lari dan bersembunyi di sebuah benteng, maka ia akan selamat dari musuh-musuhnya. Demikian juga orang yang berdzikir, ia adalah kekasih Allah swt..” Keuntungan apa yang akan diperoleh jika dengan berdzikir seseorang akan menjadi kekasih Sang Raja Diraja? Tentu hatinya akan terbuka dan akan dipenuhi oleh nur, sehingga hati yang keras akan menjadi lunak. Di samping itu masih banyak manfaat dzikir zhahir maupun batin. Sebagian ulama menulis bahwa manfaatnya hingga seratus macam. Suatu ketika, seseorang mendatangi Abu Umamah r.a. dan berkata, “Aku melihat di dalam mimpi bahwa ketika engkau memasuki rumah atau keluar darinya atau berdiam di dalamnya, para malaikat terus mendoakanmu.” Abu Umamah r.a. berkata, “Jika engkau ingin seperti itu, engkau pun bisa mendapatkannya.” Lalu ia membaca:

“Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (Q.s. Al-Ahzab : 41). Itulah isyarat bahwa rahmat Allah dan doa malaikat menyertai orang yang sibuk berdzikir. Semakin banyak engkau berdzikir, semakin banyak pula mereka akan menyebut namamu.”