Khasiat Sedekah – Hadits ke-7

Dari Ali r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Segeralah bersedekah, sesungguhnya musibah tidak dapat melintasi sedekah.” (Razin, Misykât)

Keterangan

Maksud hadits di atas adalah apabila ada musibah yang akan menimpa seseorang, maka dengan sebab sedekahnya, musibah tersebut tidak akan menimpanya. Dalam sebuah hadits yang dhaif disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Bersihkanlah harta kalian dengan membayar zakat, dan sembuhkanlah penyakit-penyakit kalian dengan bersedekah, dan sambutlah gelombang-gelombang musibah dengan doa.” (At-Targhîb). Dalam kitab Kanzul-‘Ummâl disebutkan tentang beberapa hadits, hendaknya penyakit-penyakit diobati dengan sedekah. Pengalaman telah membuktikan bahwa sebagian besar sedekah mendatangkan kesembuhan pada berbagai penyakit. Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah hadits, “Obatilah orang-orang sakit di antara kalian dengan bersedekah, karena sedekah dapat menghilangkan kehinaan dan obat untuk segala penyakit, juga dapat melipatgandakan kebaikan, serta menambah umur.” (Kanzul-‘Ummâl).

Rasulullah saw. bersabda, “Ubahlah kegelisahan dan kesusahan kalian dengan bersedekah. Dengannya, Allah swt. akan menghilangkan musibah yang menimpa kalian, dan akan menolong kalian atas musuh-musuh kalian.” (Kanzul-‘Ummâl). Dalam sebuah hadits shahih yang lain disebutkan bahwa apabila seseorang memberikan pakaian kepada seorang muslim, maka selama sehelai benang dari pakaian tersebut masih menempel di badan orang yang memakainya, orang yang memberi pakaian tersebut tetap berada dalam lindungan Allah swt.. Ibnu Abul-Zaad rah.a. berkata, “Sedekah dapat menutup tujuh puluh pintu keburukan.” (Ihyâ’ Ulûmuddîn). Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw. bersabda, “Berikanlah sedekah pada waktu pagi-pagi benar, karena musibah tidak dapat mendahului sedekah.” (Targhîb). Dalam penjelasan ayat pada urutan kesembilan yang lalu terdapat sebuah kisah yang diceritakan oleh Ibnu Abul-Zaad r.a. tentang seekor serigala, dan telah disebutkan juga beberapa riwayat tentang pembahasan ini. Anas. r.a. mengutip sabda Nabi saw. bahwa sedekah dapat menjauhkan kemurkaan Allah swt. dan menjauhkan kematian yang buruk. (Misykât)

Alim ulama menuliskan bahwa sedekah dapat menyelamatkan kita dari tipu daya syaitan ketika seseorang meninggal dunia, menyelamatkan dari ucapan kufur atau tidak bersyukur kepada Allah swt. ketika seseorang menghadapi penderitaan maut, dan menyelamatkan dari kematian secara tiba-tiba. Ringkasnya, sedekah dapat menjadi sebab khusnul-khatimah. Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa sedekah dapat menghilangkan panas kubur, dan pada hari Hisab, manusia akan berada di bawah naungan sedekah mereka masing-masing. (Kanzul-‘Ummâl). Maksudnya adalah, semakin banyak seseorang bersedekah, maka semakin banyak pula naungan yang akan ia peroleh pada hari tersebut. Muadz r.a. berkata kepada Nabi saw., “Ajarkan kepada saya suatu amalan yang dapat memasukkan saya ke dalam surga dan akan menyelamatkan saya dari api neraka.” Nabi saw. bersabda, “Kamu telah bertanya tentang sesuatu yang penting, dan hal itu mudah bagi orang-orang yang dimudahkan oleh Allah swt., yaitu beribadahlah kepada Allah dengan niat ikhlas, jangan menyekutukan sesuatu dengan-Nya, dirikanlah shalat, bayarlah zakat, berpuasalah pada bulan Ramadhan, dan berhajilah ke Baitullah.” Setelah itu, Rasulullah saw. bersabda, “Maukah aku tunjukkan tentang pintu segala kebaikan (yaitu pintu yang dengannya manusia dapat sampai kepada kebaikan)? Yaitu puasa sebagai perisai (dengan perisai, manusia dapat selamat dari musuh. Demikian pula dengan puasa, manusia dapat selamat dari syaitan), dan sedekah dapat menghapuskan dosa-dosa seperti air memadamkan api, demikian pula dengan shalat malam.” Setelah itu, Rasulullah saw. membaca ayat suci yang telah disebutkan pada ayat ke-19:

———–Arab————–

Kemudian Rasulullah saw. bertanya, “Maukah aku beritahukan kepadamu tentang induk dari seluruh amalan, tiang bagi setiap amalan dan ketinggiannya? Induk bagi setiap amalan adalah Islam (karena amalan apa pun tidak akan dikabulkan tanpa berislam). Tiang dari setiap amalan adalah shalat (tanpa tiang, sebuah rumah akan sulit berdiri. Demikian pula tanpa shalat, Islam sulit untuk hidup). Dan ketinggiannya adalah jihad (dengan jihad, Islam akan tinggi).” Kemudian Rasulullah saw. bersabda, “Maukah aku beritahukan tentang akar dari semua itu (yang di atasnya berdiri seluruh dasarnya)?” Rasulullah saw. memegang lisannya yang diberkahi dan bersabda, “Jagalah ini.” Muadz r.a. berkata, “Ya Rasulullah, apakah kita dimintai pertanggungjawaban atas ucapan kita?” Rasulullah saw. menjawab, “Semoga ibumu menangisimu wahai Muadz. Adakah sesuatu selain lidah yang membawa manusia ke dalam api neraka dengan muka yang terbalik ke bawah?” (Misykât) “Semoga ibumu menangisimu” adalah sebuah ungkapan yang sering digunakan oleh orang Arab sebagai peringatan untuk mengingatkan sesuatu. Secara ringkas dapat dinyatakan bahwa lisan yang selalu kita pakai bagaikan gunting yang memangkas. Semua amalan akan ditimbang sehingga akan diketahui bahwa ucapan yang sia-sia dan yang dilarang oleh syariat dapat menyebabkan seseorang masuk neraka. Disebutkan dalam sebuah hadits yang lain bahwa orang yang mengucapkan kalimat yang diridhai oleh Allah swt., bahkan orang yang mengucapkannya terkadang tidak menganggapnya begitu penting, tetapi karena ucapannya tersebut, Allah swt. akan meninggikan derajatnya di surga. Sebaliknya, ada orang yang mengucapkan sesuatu yang tidak diridhai oleh Allah swt. dan ia menganggap bahwa ucapannya itu remeh, tetapi akibat ucapannya tersebut, ia telah dicampakkan ke dalam neraka. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa ia dicampakkan hingga jauh ke dalam neraka, seperti jauhnya antara timur dan barat. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa menjaga dua hal, yakni ia tidak akan menggunakan keduanya untuk perbuatan yang dilarang, yang letaknya di antara dua bibir (lisan), dan di antara dua kaki (kemaluan), maka aku menjamin surga baginya.” Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa kebanyakan manusia masuk neraka disebabkan oleh dua hal tersebut.

Sebuah hadits menyatakan bahwa apabila seseorang mengucapkan suatu ucapan dengan tujuan agar orang lain tertawa, maka ia akan dicampakkan ke dalam neraka Jahannam sejauh antara bumi dan langit. Sufyan Ats-Tsaqafi r.a. bertanya kepada Rasulullah saw., “Apakah yang paling engkau takutkan atas umatmu?” Rasulullah saw. bersabda sambil memegang lisannya, “Ini yang paling aku takutkan.” (Misykât). Selain hadits-hadits di atas masih banyak riwayat dengan judul yang berbeda, yang membahas tentang hal ini. Seharusnya, seseorang menjaga lisannya dengan baik. Sesungguhnya, manusia harus mengingat bahwa setiap perkataan yang keluar dari lisannya, walaupun tidak bermanfaat, paling tidak harus berhati-hati agar tidak mendatangkan musibah apa pun. Seorang imam hadits dan fiqih termasyhur, Sufyan Ats-Tsauri rah.a. berkata, “Saya telah melakukan suatu dosa yang mengakibatkan saya tidak dapat shalat tahajjud selama lima bulan.” Seseorang bertanya, “Dosa apakah yang telah engkau lakukan?” Ia berkata, “Ketika ada seseorang yang sedang menangis, saya berkata dalam hati bahwa ia adalah ahli riyâ’.” (Ihyâ’). Betapa buruknya akibat dari bicara sia-sia terhadap diri sendiri. Sedangkan kita sering mengucapkan kata-kata yang lebih keras dengan lisan kita mengenai orang lain, dan kita sering berkata tanpa alasan. Apabila ada perselisihan antara kita dengan mereka, biasanya kita akan menuduh yang bukan-bukan, serta tidak ragu-ragu untuk mencacinya. Kebaikan orang lain kita anggap sebagai suatu aib, dan keburukannya kita anggap sangat besar bagaikan gunung.