Khasiat Dzikir – Hadits Ke-7

Dari Mu’adz bin Jabal r.a., Rasulullah saw. bersabda, “Ahli surga tidak akan menyesali apa pun (segala sesuatu di dunia) kecuali waktu yang mereka lalui tanpa dzikrullah di dalamnya.” (Thabrani, Baihaqi).

Faedah

Setelah manusia memasuki surga, maka baru akan diketahui bahwa dengan sekali saja menyebut nama Allah, pahalanya sangat besar, bahkan hingga berpahala sebesar gunung. Pada saat itulah manusia akan merasa sangat rugi besar dan menyesal. Sedangkan mereka yang ketika di dunia banyak menyibukkan waktunya untuk dzikrullah akan merasa sangat beruntung. Di dalam kitab Al-Munabbihat, Ibnu Hajar rah.a. menulis bahwa Yahya bin Mu’adz Razi rah.a selalu berkata di dalam doanya:

“Wahai Rabbku, malam tidak akan terasa indah tanpa bermunajat kepada-Mu. Dan siang tidak akan terasa indah tanpa ketaatan kepada-Mu. Dan dunia tidak akan terasa indah kecuali dengan berdzikir kepada-Mu. Dan akhirat tidak akan terasa nikmat kecuali dengan ampunan-Mu. Dan surga tidak akan terasa nikmat kecuali dengan memandang wajah-Mu.”

Sirri rah.a. berkata, “Aku melihat Jarjani sedang menelan tepung gandum. Lalu aku bertanya kepadanya, ‘Bagaimana engkau menelan tepung kering ini?’ jawabnya, ‘Telah aku hitung waktu antara mengunyah roti dan menelannya, ternyata kelebihan waktu mengunyah dapat digunakan untuk berdzikir Subhanallah tujuh puluh kali. Oleh sebab itu, aku telah meninggalkan makan roti sejak empat puluh tahun yang lalu. Dan sebagai gantinya, aku menelan tepung gandum ini.’” Dikisahkan bahwa Mansyur bin Muktamar rah.a tidak berbicara dengan siapa pun setelah Isya selama empat puluh tahun. Diceritakan juga bahwa Rabi’ bin Haitsam selama dua puluh tahun selalu menulis apa yang diucapkannya di sehelai kertas dan pada malam harinya ia akan menghisabnya; berapa banyak ucapannya yang penting dan berapa banyak ucapannya yang tidak penting.

Majelis Ke-7 : Tentang Kesabaran

Pada hari Ahad, 17 Syawal, 545 H., Syaikh rah.a. berkata:

Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran ke atas diri kami dan kokohkanlah pendirian kami serta tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (Q.s. Al-Baqarah:250). Perbanyaklah pemberian-Mu kepada kami. Berilah kami rasa syukur atas pemberian itu.

Wahai anak muda, bersabarlah. Sesungguhnya dunia seluruhnya adalah bencana. Jarang sekali yang selamat darinya. Tidak ada satu nikmat pun kecuali di baliknya ada bencana. Tidak ada kesenangan kecuali di belakangnya ada kesusahan. Tidak ada kelapangan kecuali di baliknya ada kesempitan. Jalanilah hidupmu di dunia dan ambillah bagianmu dari-Nya dengan tangan agama. Sesungguhnya agama merupakan obat penawar dalam mengambil sesuatu dari dunia. Wahai anak muda, ambillah bagian dengan tangan agama, jika engkau mau, dan dengan tangan “perintah” jika engkau orang khawas, serta dengan tangan “perbuatan” Allah Swt. jika engkau telah wushul. Yang Maha Memerintah akan memerintah dan mencegahmu serta “perbuatan“ akan menggerakkan dirimu. Manusia itu terbagi menjadi tiga bagian: awam, khawas, dan khawashil-khawash. Orang awam yaitu seorang muslim yang bertakwa, dia menaati agama, mengikuti syari’at, dan tidak berpisah denganya. Dia mengamalkan firman Allah Swt. “Apa yang diberikan rasul kepadamu, maka terimalah ia. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.” (Q.s. Al-Hasyr:7). Jika telah sempurna hal ini padanya, dan ia mengamalkan agama secara lahir dan batin, maka di hatinya akan muncul cahaya hidayah untuk yang dengannya ia mampu melihat. Jika ia mengambil sesuatu dari tangan agama, maka hatinya merasa kaya, dan ia mencari ilham Al-Haq Azza wa Jalla. Karena ilham-Nya adalah umum pada tiap-tiap sesuatu. Sebagaimana difirmankan Allah Swt., “Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.” (Q.s. Asy-Syams:8). Maka hatinya penuh ketakwaan, memandang ilham Al-Haq Azza wa Jalla dan alamat-Nya, dan ia mengambil perintah dari sisi lahirnya. Bahwa apa yang ada di toko, sebagai tempat mata pencaharian adalah miliknya dan ada dalam kekuasaannya. Kemudian hatinya kembali bercahaya dan ia memandang apa yang ada di tokonya itu. Cahaya itu muncul setelah ia bekerja mengikuti cara agama yang didasari iman dan tauhid yang kuat, bahkan hatinya telah keluar dari dunia dan makhluk serta telah melewati hutan dan menyeberang lautan dunia. Sesungguhnya ketika itu datanglah fajar. Cahaya iman akan meneranginya, yaitu cahaya kedekatan dari Tuhannya, cahaya amal, cahaya sabar, dan cahaya kedamaian. Semua hasil itu diraih setelah menunaikan hak-hak agama sehingga ia mendapatkan keberkatan dalam menjalankannya.

Adapun para wali, mereka termasuk khawashul-khawash, tentu mereka mematuhi agama, kemudian memandang perintah Allah Swt., perbuatan, gerak, dan ilham-Nya. Maka apa yang ada di luar tiga hal tersebut adalah kehancuran, penderitaan, haram, memusingkan kepala dan agama, kanker di hatinya, dan nanah di jasadnya.

Wahai anak muda, sesungguhnya peraturan untukmu adalah untuk melihat bagaimana perbuatanmu. Apakah engkau teguh atau hanyut? Apakah engkau benar atu dusta? barangsiapa tidak menyetujui takdir, maka ia tidak akan disetujui dan dikasihi. Barangsiapa tidak rela dengan qadha, Allah Swt. tidak akan rela kepadanya. Barangsiapa tidak mau memberi, ia tidak akan diberi. Barangsiapa tidak berziarah, ia tidak akan naik. Wahai orang bodoh, engkau ingin Allah Swt. mengikuti kemauanmu. Engkau tuhan kedua. Engkau ingin Allah Swt. mengikutimu. Ini harus dibalik. Baiklah engkau benar, engkau tidak ada takdir, engkau tidak tahu pengakuan-pengakuan dusta. Tetapi setelah diuji akan tampaklah mutiara yang sebenarnya. Ingkarilah dirimu jika mengingkari Al-Haq Azza wa Jalla. Jika engkau mampu mengingkari nafsumu, maka engkau akan mampu pula mengingkari orang lain. Sesuai kadar kekuatan imanmu, engkau hanya duduk di rumahmu dan engkau tidak berusaha menghilangkannya. Langkah-langkah iman pasti teguh ketika berjumpa dengan syaitan, jin, dan manusia. Ia sangat teguh, jadi engkau jangan mengaku beriman. Bencilah terhadap segala sesuatu, dan cintailah Pencipta segala sesuatu. Jika Dia hendak membuatmu cinta pada sesuatu, engkau akan tetap terjaga, karena Dialah yang membuatmu cinta, bukan engkau sendiri. Dalam hal ini, Nabi saw. bersabda: ”Telah disukakan tiga hal kepadaku dari duniamu, yakni wewangian, wanita, dan sejuk mataku dalam shalat.”

Telah disukakan kepadanya setelah dibenci, ditinggalkan, bahkan setelah zuhud dan berpaling darinya. Kosongkanlah hatimu dari selain Allah Swt. agar Dia akan membuatmu cinta kepada sesuatu.